Selasa, 19 Oktober 2021

Corona Terkendali, Seniman Bangkit

 

            BAGAIKAN permainan tinju mayoritas masyarakat Indonesia terkena knock out oleh wabah pandemi Covid – 19. Virus yang bermula dari negara China tepatnya kota Wuhan ini melanda dan memporak porandakan tatanan kehidupan di hampir seluruh negara di dunia tidak terkecuali Indonesia. Di negeri tercinta Covid – 19 masuk pada kisaran akhir Februari 2020 dan merubah segala aspek kehidupan. Para pegawai dan karyawan melakukan kerja di rumah atau work from home, semua pelajar dan mahasiswa melakukan pembelajaran on line sampai batas waktu yang belum dapat dipastikan. Hingga Ujian Nasional pun tahun 2020 ini juga dibatalkan. Betapa luar biasanya bencana non alam yang kini sedang mendera bangsa Indonesia ini. Semua media memberitakan pandemi Corona dan menjadi topik utama pemberitaan.  Bahkan ada kota dan kabupatan tertentu melakukan lock down. Melakukan pembatasan yang ketat dan memberlakukan aturan stay at home serta social distancing. Kota besar semacam Yogyakarta yang tidak pernah tidur kini di jalan-jalan protokol sepi, termasuk kawasan titik nol kilometer dan pasar besar Beringharjo sangat sepi.

            Kondisi yang seperti ini ternyata juga melanda para seniman. Bisa dikatakan Corona Virus Disease – 19 ini membuat para seniman terjerembab. Hal ini karena seluruh kegiatan seni ditangguhkan. Perhelatan yang biasanya menggunakan tenaga para seniman ini juga dihentikan. Karya mereka yang biasanya terwadahi untuk di pamerkan baik seni pertunjukan maupun lukis juga banyak yang dibatalkan. Institusi pemerintah maupun swasta yang sedianya ingin menggandeng para seniman urung menggunakan kompetensi para seniman. Mereka tidak hanya sepi tanggapan. Namun lebih dari itu mereka macet total bekerja. Sampai ada yang memplesetkan ODP dengan Ora Duwe Penghasilan. Teriakan mereka tentu beralasan, apalagi bagi seniman yang mengandalkan bekerja dulu baru mendapat upah. Memang agak berbeda dengan seniman yang barangkali juga sebagai pekerja atau pegawai. Walaupun tersendat namun tidak terlampau terpuruk seperti seniman murni. Bagi seniman besar yang sudah memiliki tabungan mungkin tidak terlalu berefek. Namun bagi sebagaian besar seniman mereka kelimpungan dengan merebaknya Covid -19.

            Ditengah keprihatinan para seniman yang terdampak wabah Corona, ada beberapa hal yang sekiranya dapat dilakukan baik  oleh pihak non seniman maupun seniman itu sendiri.  

Pertama, sesama seniman saling berbagi. Tentu seniman ada yang sudah mapan. Bahkan mungkin terbilang berlebih dari sisi materi. Kepedulian seperti kondisi saat ini sangatlah berarti. Identifikasi seniman mapan yang ada, atau setidaknya ada inisiator yang membuat semacam sekretariat untuk menjadi titik dikumpulkannya berbagai macam bantuan. Setelah terkumpul bantuan baik dana maupun barang atau bahan makanan, diidentifikasi para seniman yang membutuhkan. Kemudian didistribusikan ke para seniman yang benar-benar membutuhkan.

Kedua, berkarya melalui media daring. Seniman pastinya memiliki kompetensi. Skil atau keahlian tertentu,  dengan keahliannya ini si seniman membuka kelas on line. Membuat semacam webinar atau web seminar untuk menerangkan para peserta seminar tentang skill yang dimiliki. Untuk mengikutinya para peserta membayar kelas tersebut. Sehingga dengan biaya tersebut dapat menghidupi seniman disaat sulit ini.

Ketiga, para seniman tetap berkarya sesuai dengan bidangnya. Karya yang dihasilkan kemudian dicoba untuk ditawarkan kepada para konglomerat atau para kolektor untuk dapat membeli. Semoga disaat kondisi sedemikian memprihatinkan ini masih ada para jutawan yang merasa tersentuh akan kondisi para seniman yang saat ini sedang meradang karena virus Corona yang kini menghadang. Kalau bukan mereka yang kuat siapa lagi yang akan mempedulikan para seniman yang kehidupannya bagaikan hidup segan mati tak mau. Jika pun belum terbeli, karya tersebut bisa menjadi simpanan yang dapat di pamerkan atau dijual saat kondisi sudah pulih.

Keempat, bagaimana pun bantuan dan dukungan pemerintah yang terkait sangat dibutuhkan para seniman.. Apalagi pandemi Covid-19 sudah terkendali, seniman sudah mulai gatal ingin berkarya, para seniman pun membutuhkan sentuhan yang membangkitkan. Momen seniman bangkit ini perlu dijaga, sehingga seniman yang hampir setahun hampir vacuum bisa termotivasi untuk giat  berkarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar