BAGAIKAN permainan tinju mayoritas
masyarakat Indonesia terkena knock out
oleh wabah pandemi Covid – 19. Virus
yang bermula dari negara China tepatnya kota Wuhan ini melanda dan memporak porandakan
tatanan kehidupan di hampir seluruh negara di dunia tidak terkecuali Indonesia.
Di negeri tercinta Covid – 19 masuk
pada kisaran akhir Februari 2020 dan merubah segala aspek kehidupan. Para
pegawai dan karyawan melakukan kerja di rumah atau work from home, semua pelajar dan mahasiswa melakukan pembelajaran
on line sampai batas waktu yang belum dapat dipastikan. Hingga Ujian Nasional
pun tahun 2020 ini juga dibatalkan. Betapa luar biasanya bencana non alam yang
kini sedang mendera bangsa Indonesia ini. Semua media memberitakan pandemi
Corona dan menjadi topik utama pemberitaan.
Bahkan ada kota dan kabupatan tertentu melakukan lock down. Melakukan pembatasan yang ketat dan memberlakukan aturan
stay at home serta social distancing. Kota besar semacam
Yogyakarta yang tidak pernah tidur kini di jalan-jalan protokol sepi, termasuk
kawasan titik nol kilometer dan pasar besar Beringharjo sangat sepi.
Kondisi
yang seperti ini ternyata juga melanda para seniman. Bisa dikatakan Corona Virus Disease – 19 ini membuat
para seniman terjerembab. Hal ini karena seluruh kegiatan seni ditangguhkan.
Perhelatan yang biasanya menggunakan tenaga para seniman ini juga dihentikan.
Karya mereka yang biasanya terwadahi untuk di pamerkan baik seni pertunjukan
maupun lukis juga banyak yang dibatalkan. Institusi pemerintah maupun swasta
yang sedianya ingin menggandeng para seniman urung menggunakan kompetensi para
seniman. Mereka tidak hanya sepi tanggapan. Namun lebih dari itu mereka macet
total bekerja. Sampai ada yang memplesetkan ODP dengan Ora Duwe Penghasilan.
Teriakan mereka tentu beralasan, apalagi bagi seniman yang mengandalkan bekerja
dulu baru mendapat upah. Memang agak berbeda dengan seniman yang barangkali
juga sebagai pekerja atau pegawai. Walaupun tersendat namun tidak terlampau
terpuruk seperti seniman murni. Bagi seniman besar yang sudah memiliki tabungan
mungkin tidak terlalu berefek. Namun bagi sebagaian besar seniman mereka
kelimpungan dengan merebaknya Covid -19.
Ditengah
keprihatinan para seniman yang terdampak wabah Corona, ada beberapa hal yang
sekiranya dapat dilakukan baik oleh
pihak non seniman maupun seniman itu sendiri.
Pertama,
sesama seniman saling berbagi. Tentu seniman ada yang sudah mapan. Bahkan
mungkin terbilang berlebih dari sisi materi. Kepedulian seperti kondisi saat
ini sangatlah berarti. Identifikasi seniman mapan yang ada, atau setidaknya ada
inisiator yang membuat semacam sekretariat untuk menjadi titik dikumpulkannya
berbagai macam bantuan. Setelah terkumpul bantuan baik dana maupun barang atau
bahan makanan, diidentifikasi para seniman yang membutuhkan. Kemudian
didistribusikan ke para seniman yang benar-benar membutuhkan.
Kedua,
berkarya melalui media daring. Seniman pastinya memiliki kompetensi. Skil atau
keahlian tertentu, dengan keahliannya
ini si seniman membuka kelas on line. Membuat semacam webinar atau web seminar
untuk menerangkan para peserta seminar tentang skill yang dimiliki. Untuk
mengikutinya para peserta membayar kelas tersebut. Sehingga dengan biaya
tersebut dapat menghidupi seniman disaat sulit ini.
Ketiga, para seniman
tetap berkarya sesuai dengan bidangnya. Karya yang dihasilkan kemudian dicoba
untuk ditawarkan kepada para konglomerat atau para kolektor untuk dapat
membeli. Semoga disaat kondisi sedemikian memprihatinkan ini masih ada para
jutawan yang merasa tersentuh akan kondisi para seniman yang saat ini sedang
meradang karena virus Corona yang kini menghadang. Kalau bukan mereka yang kuat
siapa lagi yang akan mempedulikan para seniman yang kehidupannya bagaikan hidup
segan mati tak mau. Jika pun belum terbeli, karya tersebut bisa menjadi
simpanan yang dapat di pamerkan atau dijual saat kondisi sudah pulih.
Keempat,
bagaimana pun bantuan dan dukungan pemerintah yang terkait sangat dibutuhkan para seniman.. Apalagi pandemi Covid-19 sudah terkendali, seniman sudah mulai gatal ingin berkarya, para seniman pun
membutuhkan sentuhan yang membangkitkan. Momen seniman bangkit ini perlu dijaga, sehingga seniman yang hampir setahun hampir vacuum bisa termotivasi untuk giat berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar